MANAJEMEN RISIKO
Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Strategi yang dapat digunakan antara lain mentransfer risiko pada pihak lain, mengindari risiko, mengurangi efek buruk dari risiko dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari risiko tertentu.
I. Identifikasi Risiko
Proses ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha. Identifikasi risiko secara akurat dan komplet sangatlah vital dalammanajemen risiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi risiko antara lain:
Setelah mengetahui probabilitas dan dampak dari suatu risiko, maka kita dapat mengetahui potensi suatu risiko. Untuk mengukur bobot risiko kita dapat menggunakan skala dari 1-5 sebagai berikut:
III. Pengelolaan risiko
Jenis-jenis cara mengelola risiko:
1. Risk avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
2. Risk reduction
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko.
3. Risk transfer
Yatu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi) maupun hedging.
4. Risk deferral
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil.
5. Risk retention
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi maupun mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.
Penanganan risiko:
- · Brainstorming
- · Survei
- · Wawancara
- · Informasi historis
- · Kelompok kerja, dll.
Dampak |
Biaya | Waktu |
Kualitas |
Sangat rendah |
Dana mencukupi |
Agak menyimpang dari target |
Kualitas agak berkurang namun masih dapat digunakan |
Rendah |
Membutuhkan dana tambahan | Agak menyimpang dari target |
Gagal untuk memenuhi janji pada stakeholder |
Sedang |
Membutuhkan dana tambahan | Berdampak terhadap stakeholder |
Beberapa fungsi tidak dapat dimanfaatkan |
Tinggi | Membutuhkan dana tambahan yang signifikan | Gagal memenuhi deadline |
Gagal untuk memenuhi kebutuhan banyak stakeholder |
Sangat tinggi |
Membutuhkan dana tambahan yang substansial | Penundaan merusak proyek |
Proyek tidak efektif dan tidak berguna |
Skala |
Probabilitas |
Dampak |
Sangat rendah |
Hampir tidak mungkin terjadi |
Dampak kecil |
Rendah |
Kadang terjadi |
Dampak kecil pada biaya, waktu dan kualitas |
Sedang |
Mungkin tidak terjadi |
Dampak sedang pada biaya, waktu dan kualitas |
Tinggi |
Sangat mungkin terjadi |
Dampak substansial pada biaya, waktu dan kualitas |
Sangat tinggi |
Hampir pasti terjadi |
Mengancam kesuksesan proyek |
- High probability, high impact : risiko jenis ini umumnya dihindari ataupun ditransfer.
- Low probability, high impact : respon paling tepat untuk tipe risiko ini adalah dihindari. Dan jika masih terjadi, maka lakukan mitigasi risiko serta kembangkan contingency plan.
- High probability, low impact : mitigasi risiko dan kembangkan contingency plan
- Low probability, low impact : efek dari risiko ini dapat dikurangi, namun biayanya dapat saja melebihi dampak yang dihasilkan. Dalam kasus ini mungkin lebih baik untuk menerima efek dari risiko tersebut.
- Contingency plan: Untuk risiko yang mungkin terjadi maka perlu dipersiapkan contingency plan seandainya benar-benar terjadi. Contingency plan haruslah sesuai dan proporsional terhadap dampak risiko tersebut. Dalam banyak kasus seringkali lebih efisien untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya untuk mengurangi risiko dibandingkan mengembangkan contingency plan yang jika diimplementasikan akan lebih mahal. Namun beberapa scenario memang membutuhkan full contingency plan, tergantung pada proyeknya. Namun jangan sampai tertukar antara contingency planning dengan re-planning normal yang memang dibutuhkan karena adanya perubahan dalam proyek yang berjalan.